Rabu, 02 April 2008

Ketika Hatiku Tlah Tertutup

Aku tak pernah tahu persis apa yang sedang ku jalani. Nafas ini hampir terhenti bersama dengan hilangnya asa yang telah kukumpulkan demi sebuah keinginan bangkit dari keterpurukan. Aku terdiam dan tertinggal dalam kebisuan yang kelam. Melantunkan lagu kesedihan untuk hati yang tak pernah tersenyum.

Aku berbaring dalam peraduan yang dingin dan hampir membeku. Mengigil badanku namun tak ada yang pernah peduli denganku. Aku dianggap bahagia padahal hatiku miris dengan semua yang sedang kujalani. Aku tersenyum bukan untuk kebahagiaan, tapi untuk kesenangan seseorang. Sebab hati ini telah menjadi semakin membeku, jiwa ini semakin merapuh atas semua harapan yang tak bisa terwujud oleh takdir yang terus saja menertawakanku.

Meski sesekali aku terbangun dan merangkak mencoba menangkap hangatnya sang mentari, tak satupun belaian sang surya itu membuatku mampu tersenyum kembali. Aku menatap kosong dalam kehampaan yang sangat. Aku terduduk di sudut pojok kerinduan akan sebuah makna kehidupan yang selama ini aku cari. Menunggu kepastian akan takdir dalam suratan narasi berbentuk lembaran ketentuan hidup bagiku.

Lagu itu semakin kudengar syahdu dalam kehampaan hatiku. Semakin terlarut hatiku dalam kehampaan untaian syair yang lirih dan seolah tahu perasaan hati ini. Aku semakin menundukan wajah ini dalam palingan asa yang kian menjauh. Hidup begitu tajam menatapku sinis menghadapi selembar kehidupan yang telah tercecer jauh entah kemana.

Aku bingung mencari dan mencari sesuatu yang tak pernah ku tahu apa itu. Hatiku hampa. Jiwaku merana melanglang asa yang tak pernah bertujuan, apa sebenarnya yang sedang kutunggui?

Masih ku terdiam tanpa bergeming dalam sepinya malam. Kubisikan sebuah kata dalam hati sebagai penjaga bahwa diriku masih ada. Aku terkantuk dalam kesendirian yang sungguh sangat menyakitkan. Tak ada yang pernah tahu diri ini mengapa?

by : sang gelap

Tidak ada komentar: