Jumat, 25 April 2008

Sunyi Kawan...

Aku bertanya pada sang mentari akan kesudahan dari apa yang sedang ku jalani. Selama dia bercahay aku semakin merasa rendah dalam pandangannya. Aku tak bisa meraih tangan mesranya pun juga tak kuasa merasai hangatnya sentuhan kasih darinya yang selalu dirasakan oleh yang lain.

Dia membiarkanku dalam kesendirian ditengah terik yang membakar. Aku tertegun merenungi semua yang ada dihadapku. Sementara bibir ini tak kuasa menahan rasa iba dalam takdir yang tengah menghentakkan kakinya di jalanku.

Berlebihankan setiap kali aku menengadah tangan mengharap kebahagiaan dalan sisa hidupku? Berharap mentari tersenyum kembali di pagi hari kepadaku, Menginginkan belaian hangatnya pelukan senja dalam emasnya sinar mentari dibalik cakrawala barat.

Hati ini telah terbakar oleh api kesendirian yang merajut diri ke dalam kain tak berminyak. Dia membakar seluruhnya meluluhkan kehidupan yang memang sudah tak bertujuan. Harapku berbagi dengan dia, namun tak pernah ku bisa mewujudkannya. Hanya kehampaan yang menghampiriku sementara dia telah berlalu akibat kebodohanku. Aku yang tertinggal dalam kesendirian dan kesepian yang mendalam.

1 komentar:

tino mengatakan...

nice poet
well,not all the people get the warmth of sunshine, u still have me who doesnt too